Adat Pernikahan Daerah Jambi
Adat Istiadat Pernikahan Daerah Jambi
Jambi adalah salah satu pemakai asli Bahasa
Melayu. Bahasa Jambi dalam arti kata bahasa-bahasa yang ada di Jambi, selain
Bahasa Indonesia, pada dasarnya juga berasal dari bahasa Melayu
yang telah mengalami perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan sesuai
dengan pengaruh yang diterimanya dari bahasa-bahasa lain. Dialek-dialek yang
ada suatu aspek pemakain bahasa oleh setiap kelompok persukuan dalam suatu
daerah, seringkali menunjukkan adanya perbedaan yang besar secara horizontal. Misalnya
dalam bahasa Jawa, jelas ada perbedaan-perbedaan antara bahasa Jawa yang
diucapkan di Purwokerto, Tegal, dan Kebumen, di Surakarta ataupun Surabaya.
Begitu pula dengan bahasa Jambi yang diucapkan di Lingkungan daerah Kerinci
berbeda dengan bahasa Jambi diucapkan di daerah Suku Anak Dalam (Kubu), atau di
Lingkungan daerah Melayu Jambi atau di daerah kota jambi nya sendiri dan
sebagainya. Bahasa yang berbeda secara horizontal itulah yang kita sebut dengan
istilah dialek. Dialek-dialek yang dikenal di daerah Jambi dapat dikategorikan
ke dalam beberapa macam, yaitu: ada dialek Suku Anak Dalam, dialek Melayu
Jambi, dialek Kerinci, dialek orang Batin, dialek Suku Pindah, Dialek
orang-orang Penghulu, dan dialek Bajau.
Adapun prosesi Pernikahan Adat daerah jambi antara lain adalah
:
Lamaran
Lamaran ini di Jambi, disebut sebagai anter tando. Sebelum diadakan acara lamaran, biasanya akan ada utusan dari pihak laki laki, yg akan bertanya, ataupun bersilahturahmi ke keluarga wanita. Utusan ini akan mencari tau, apakah wanita nya sudah ada yg melamar. Setelah itu, baru akan dilakukan prosesi lamaran. Lamaran ini biasanya dihadiri tuo tengganai dari kedua belah pihak keluarga. Pada saat lamaran, keluarga laki laki akan membawa syarat adat, diantaranya:
• Cincin pengikat. Cincin ini hanya untuk dipakai wanita, bukan satu pasang. Karena, tukar cincin baru akan dilakukan saat akad nikah nanti.
• Pakaian sepelulusan. Berupa bahan kebaya untuk akad, dan kain bawahan, bisa berupa batik atau songket. Terkadang juga dilengkapi selop dan dompet.
• Sirih Pinang. Berupa perlengkapan untuk makan sirih, berupa daun sirih, kapur sirih, tembakau, serta pinang, yang diletakkan di tempat sirih khusus.
Prosesi lamaran biasanya berupa seloko seloko (seperti berbalas pantun) antar wakil keluarga terlebih dahulu, yang kira-kira isinya adalah menanyakan maksud dan tujuan keluarga laki laki bertamu ke keluarga wanita. Setelah itu, prosesi lamaran itu sendiri, berupa pemasangan cincin ke calon pengantin wanitanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah selesai makan, maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana membicarakan tentang kelanjutan lamaran tadi, berupa, pembicaraan tanggal, adat dll.
Pembicaraan yang dilakukan antara lain:
• Tanggal pernikahan. Apakah upacara pernikahan akan dilaksanakan sepanen jagung (3 bulan) sepanen padi (6 bulan) atau yang lain
• Adat yang digunakan. Apakah menggunakan pure adat jambi, atau ada campurannya.
• Seserahan. Apa saja hantaran yang akan diberikan keluarga laki laki.
• Uang adat. Uang adat disini ada 2, yaitu uang adat, dan uang selemak semanis. Kalo uang adat, biasanya kecil, berkisar 50-100 ribu saja, nah, uang selemak semanis ini yang cukup besar, disesuaikan dgn kemampuan keluarga laki laki. Uang selemak semanis ini, merupakan urunan atau membantu belanja untuk acara resepsi pernikahan nanti.
Lamaran ini di Jambi, disebut sebagai anter tando. Sebelum diadakan acara lamaran, biasanya akan ada utusan dari pihak laki laki, yg akan bertanya, ataupun bersilahturahmi ke keluarga wanita. Utusan ini akan mencari tau, apakah wanita nya sudah ada yg melamar. Setelah itu, baru akan dilakukan prosesi lamaran. Lamaran ini biasanya dihadiri tuo tengganai dari kedua belah pihak keluarga. Pada saat lamaran, keluarga laki laki akan membawa syarat adat, diantaranya:
• Cincin pengikat. Cincin ini hanya untuk dipakai wanita, bukan satu pasang. Karena, tukar cincin baru akan dilakukan saat akad nikah nanti.
• Pakaian sepelulusan. Berupa bahan kebaya untuk akad, dan kain bawahan, bisa berupa batik atau songket. Terkadang juga dilengkapi selop dan dompet.
• Sirih Pinang. Berupa perlengkapan untuk makan sirih, berupa daun sirih, kapur sirih, tembakau, serta pinang, yang diletakkan di tempat sirih khusus.
Prosesi lamaran biasanya berupa seloko seloko (seperti berbalas pantun) antar wakil keluarga terlebih dahulu, yang kira-kira isinya adalah menanyakan maksud dan tujuan keluarga laki laki bertamu ke keluarga wanita. Setelah itu, prosesi lamaran itu sendiri, berupa pemasangan cincin ke calon pengantin wanitanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah selesai makan, maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana membicarakan tentang kelanjutan lamaran tadi, berupa, pembicaraan tanggal, adat dll.
Pembicaraan yang dilakukan antara lain:
• Tanggal pernikahan. Apakah upacara pernikahan akan dilaksanakan sepanen jagung (3 bulan) sepanen padi (6 bulan) atau yang lain
• Adat yang digunakan. Apakah menggunakan pure adat jambi, atau ada campurannya.
• Seserahan. Apa saja hantaran yang akan diberikan keluarga laki laki.
• Uang adat. Uang adat disini ada 2, yaitu uang adat, dan uang selemak semanis. Kalo uang adat, biasanya kecil, berkisar 50-100 ribu saja, nah, uang selemak semanis ini yang cukup besar, disesuaikan dgn kemampuan keluarga laki laki. Uang selemak semanis ini, merupakan urunan atau membantu belanja untuk acara resepsi pernikahan nanti.
Tahap Meminang/Melamar
Sebelum jejaka melamar maka, pihak jejaka
umumnya akan mengadakan pemanatuan (biasanya oleh tante tertua dari jejaka)
terlebih dahulu terhadap calon permaisuri dan besan. Jika hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan maka keluarga jejaka dengan membawa sirih
pinang, susu, kopi, gula, tepung terigu, dan sebagainya untuk melakukan acara
lamaran. Jika lamaran diterima oleh pihak gadis (terjadi kesefahaman) maka
diadakan acara “pertunangan”, untuk itu pihak jejaka/lelaki menyerahkan (1)
Pakaian sepelulusan yang berupa bahan kebaya untuk akad, dan kain bawahan, bisa
berupa batik atau songket. Terkadang juga dilengkapi selop dan dompet. (2)
Cincin pengikat cincin ini hanya untuk dipakai wanita, bukan satu pasang.
Karena, tukar cincin baru akan dilakukan saat akad nikah nanti, yang ke (3)
Sirih Pinang berupa perlengkapan untuk makan sirih, berupa daun sirih, kapur
sirih, tembakau, serta pinang, yang diletakkan di tempat sirih khusus
sebagai “tando” (Upacara mengantar tando) hal ini dimaksudkan sebagai
tanda bahwa sang gadis sudah punya ikatan dengan si jejaka.
Prosesi lamaran biasanya berupa seloko-seloko (seperti berbalas
pantun) antar wakil keluarga terlebih dahulu, yang kira-kira isinya adalah
menanyakan maksud dan tujuan keluarga laki laki bertamu ke keluarga wanita.
Setelah itu, prosesi lamaran itu sendiri, berupa pemasangan cincin ke calon
pengantin wanitanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah
selesai makan, maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana membicarakan
tentang kelanjutan lamaran tadi, berupa, pembicaraan tanggal, adat dll.
Pembicaraan yang dilakukan antara lain: Tanggal pernikahan. Apakah upacara
pernikahan akan dilaksanakan sepanen jagung (3 bulan) sepanen padi (6 bulan)
atau yang lain Adat yang digunakan. Apakah menggunakan pure adat jambi, atau
ada campurannya lalu Seserahan. Apa saja hantaran yang akan diberikan keluarga
laki laki. Uang adat uang adat disini ada 2, yaitu uang adat, dan uang
selemak semanis. Klo uang adat, biasanya kecil, berkisar 50-100 ribu saja, nah,
uang selemak semanis ini yang cukup besar, disesuaikan dgn kemampuan keluarga
laki laki. Uang selemak semanis ini, merupakan urunan atau membantu belanja
untuk acara resepsi pernikahan nanti.
Persiapan Pernikahan
Dua malam menjelang hari “H”, masing-masing calon mempelai
mempersiapkan diri untuk mengikuti prosesi malam batangas, yaitu semacam
mandi uap hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keluarnya keringat pada upacara
hari “H” nanti, selain itu juga calon mempelai wanita menjalani malam
berinai, memeriahkan kuku-kukunya dengan daun pacar.
Upacara Pernikahan
Umumnya berlangsung dikediaman wanita, diawali dengan
penjemputan Calon Mempelai Pria kerumahnya, Calon Mempelai Pria disertai ortu,
keluarga dan kerabat menuju rumah Calon Mempelai Wanita dengan iringan
rebana dan pencak silat. Sesampainya dirumah Calon mempelai Wanita,
mereka ditaburi beras kuning kemudian Calon Mempelai Pria dipersilahkan duduk
diatas kasur kecil/kain permadani untuk persiapan menghadap penghulu.
Sebelum prosesi Akad Nikah, Calon Mempelai Wanita akan menunjukkan kemahirannya
membaca Al-Qur’an.
Upacara Serah Terima Penganten
Dilaksanakan setelah Ijab Kabul, dengan diawali dengan datangnya
beberapa utusan nenek mamak pihak si gadis dengan membawa berbagai barang
ketempat mempelai pria, lalu dengan iringan musik rabana dan kompangan (alat
musik khas Jambi) pengantin pria diarak menuju kediaman pengantin wanita,
dengan di dampingi nenek mamak-nya menuju kamar pengantin wanita, pada saat
itulah dicegat oleh keluarga pihak pengantin wanita (tahapan ini disebut
membuka lanse) sehingga terjadilah dialog secara spontan namun penuh
dengan petatah-petitih yang mempunya makna yang sakral, setelah proses itu
barulah kedua pengantin disandingkan diatas putro ratno / pelaminan.
Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
BalasHapusKenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)